biasa nih temen temen dari SMPK ST.petrus,khususnya kelas 8.aku mau kasih pr ips.
nih prnya....
jangan lupa like atau coment coy....
warning :
setiap jam 8 malam saat akan ada pr situs ini akan menayangkan pr,sehingga kalian gk susah susah cari di wikipedia,atau blog lain.
Krakatau
|

Sebuah litografi yang dibuat pada tahun
1888 yang menggambarkan Gunung
Krakatau pada kejadian Erupsi 1883.
|
|
813 m
(2.667 kaki)
|
Lokasi
|
Lokasi
|
|
|
|
Geologi
|
|
|
|
4 Agustus
2009
|
Letusan
Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua
setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer.
Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di
langit Norwegia
hingga New
York.
Ledakan
Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba
dan Gunung
Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru
dan Gunung Katmal di Alaska. Namun
gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih
sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia
sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah
ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau
adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.
Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para
ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan
tersebut. Gempa bumi dan tsunami Sendai 2011
Gempa Bumi dan tsunami Sendai 2011
|
|
Peta memperlihatkan dampak gempa
|
Tanggal
|
|
Lama:
|
|
Kekuatan
|
|
Kedalaman:
|
244 km
(152 mil)
|
Episentrum:
|
|
Jenis:
|
|
Negara yang terkena
|
|
Kerugian:
|
Banjir,
tanah longsor, kebakaran, kerusakan bangunan dan infrastruktur, bencana
nuklir
|
Tsunami:
|
Ya lebih
dari 10 meter
|
Tanah
longsor:
|
Ya
|
Gempa
susulan:
|
1235 (63
di atas 6,0 MW)
|
Korban:
|
15.269
tewas, 5.363 luka dan 8.526 hilang[4]
|
Gempa Bumi
dan tsunami Sendai 2011 (東北地方太平洋沖地震 Tōhoku Chihō Taiheiyō-oki Jishin[5]?, secara harfiah "Gempa Bumi lepas pantai Samudra
Pasifik wilayah Tōhoku")
adalah sebuah gempa Bumi dorongan
kuat berkekuatan 9,0 yang mengakibatkan gelombang
tsunami
setinggi 10 m
(33 kaki).[6]
Gempa ini berkekuatan 7[7]
berdasarkan skala
intensitas seismik Badan Meteorologi Jepang di utara Prefektur
Miyagi, Jepang.
Laporan awal menyatakan kekuatan sebesar 7,9,[7]
sementara peringatan tsunami JMA menyebutkan 8,4,[8]
dan akhirnya 9,0. Fokus gempa Bumi
dilaporkan berada di lepas pantai Semenanjung Oshika,
pantai timur Tōhoku pada 11 Maret 2011,
pukul 05:46 UTC (14:46 waktu setempat) pada kedalaman 244 kilometer
(152 mils).[9]
Laporan Japanese National Police Agency (JNPA) menyatakan bahwa 15.269 tewas
dan 8.526 lainnya hilang di enam prefektur,[10][11]
meski dikhawatirkan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.[12][13]
Gempa bumi Samudra Hindia 2004
Gempa Bumi
Samudra Hindia 2004
|
Tanggal
|
|
Kekuatan
|
9,3 
|
Kedalaman:
|
10 km
|
Episentrum:
|
|
Negara yang terkena
|
Indonesia,
Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, Myanmar, Malaysia, Maladewa, Seychelles,
Tanzania, Bangladesh, Afrika Selatan, Kenya, Madagaskar
|
Tsunami:
|
ya
|
Pada tanggal
26 Desember 2004, terjadi
gempa Bumi dahsyat di
Samudra
Hindia, lepas pantai barat
Aceh.
Gempa terjadi pada waktu 7:58:53
WIB. Pusat gempa terletak pada bujur
3.316° N
95.854° EKoordinat:
3.316° N
95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10
kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut
skala
Richter dan dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40
tahun terakhir ini yang menghantam
Aceh,
ikhtisar
lokasi
gempa Intensitas
Seismografis
Densitas
Peta
GoogleSumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand,
Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di
8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian
terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan
negara dengan jumlah kematian terbesar.
Selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia
|
|
Banjir lumpur panas Sidoarjo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih
dikenal sebagai bencana
Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya
lumpur panas di lokasi pengeboran
Lapindo
Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa
Renokenongo, Kecamatan
Porong,
Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur,
sejak tanggal
29
Mei 2006.
Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya
kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya,
serta memengaruhi aktivitas perekonomian di
Jawa Timur.
Lokasi
Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian
selatan
Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah
selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan
Kecamatan
Gempol (
Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.
Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1
(BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik
Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok
Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut
diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur
tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan.
Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan
pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran
akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang
condong kejadian itu adalah akibat pemboran.
Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di
sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh
dari lokasi semburan terdapat
jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang
dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api
lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi,Indonesia
Perkiraan penyebab kejadian
Ada yang mengatakan bahwa lumpur Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo
di dekat lokasi itu.
Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret
2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra
Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International
Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai
US$ 24 juta.
Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590
meter) untuk mencapai formasi Kujung (
batu gamping). Sumur tersebut
akan dipasang
selubung bor (
casing )
yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi
circulation
loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan
kick (masuknya fluida
formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.
Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang
casing 30
inchi pada kedalaman 150 kaki,
casing 20 inchi pada 1195 kaki,
casing
(liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan
casing 13-3/8 inchi pada 3580
kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor
lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum”
memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman
batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini
dengan membuat
prognosis pengeboran yang salah.
Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona
Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor
di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan
memasang
casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi
Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-
casing
lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur
overpressure
(bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (
blow out)
tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).
Underground Blowout (semburan liar bawah tanah)
Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping.
Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya
menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat
porous
(bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi
Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau
circulation
loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.
Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha
menerobos ke luar (terjadi
kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi
terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran
dihentikan, perangkap
Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup
& segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan
tujuan mematikan
kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi
bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara
open-hole
dengan selubung di permukaan (
surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman
tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan
banyak terdapat rekahan alami (
natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan.
Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur
disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha
mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi &
berhasil. Inilah mengapa
surface blowout terjadi di berbagai tempat di
sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.
Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan pemboran MIGAS di
Indonesia setiap tindakan harus seijin BP MIGAS, semua dokumen terutama tentang
pemasangan casing sudah disetujui oleh BP MIGAS.
Dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di
Cape Town International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29
Oktober 2008, merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh American
Association of Petroleum Geologists (AAPG) dihadiri oleh ahli geologi seluruh
dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari Indonesia mendukung GEMPA
YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli menyatakan PEMBORAN
sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan KOMBINASI Gempa dan
Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli menyatakan belum bisa
mengambil opini. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal 29 Mei 2007
juga menemukan kesalahan-kesalahan teknis dalam proses pemboran.
Volume lumpur
Berdasarkan beberapa pendapat ahli lumpur keluar disebabkan karena adanya
patahan, banyak tempat di sekitar Jawa Timur sampai ke Madura seperti Gunung
Anyar di Madura, "gunung" lumpur juga ada di Jawa Tengah (Bleduk
Kuwu). Fenomena ini sudah terjadi puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu.
Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000 meter
kubik perhari, yang tidak mungkin keluar dari lubang hasil "pemboran"
selebar 30 cm. Dan akibat pendapat awal dari WALHI maupun Meneg Lingkungan
Hidup yang mengatakan lumpur di Sidoarjo ini berbahaya, menyebabkan dibuat
tanggul di atas tanah milik masyarakat, yang karena volumenya besar sehingga
tidak mungkin menampung seluruh luapan lumpur dan akhirnya menjadikan lahan
yang terkena dampak menjadi semakin luas.
Hasil uji lumpur
Beberapa hasil pengujian
|
Parameter
|
Hasil uji maks
|
Baku Mutu
(PP Nomor 18/1999)
|
|
0,045 Mg/L
|
5 Mg/L
|
|
1,066 Mg/L
|
100 Mg/L
|
|
5,097 Mg/L
|
500 Mg/L
|
|
0,05 Mg/L
|
5 Mg/L
|
|
0,004 Mg/L
|
0,2 Mg/L
|
|
0,02 Mg/L
|
20 Mg/L
|
Trichlorophenol
|
0,017 Mg/L
|
2 Mg/L (2,4,6 Trichlorophenol)
400 Mg/L (2,4,4 Trichlorophenol)
|
Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi
(Sucofindo, Corelab dan Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo
tidak termasuk limbah B3 baik untuk bahan anorganik seperti Arsen, Barium,
Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya, maupun untuk untuk bahan
organik seperti Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene, Chloroform dan
sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia itu berada
di bawah baku mutu.
[1]
Hasil pengujian LC50 terhadap larva udang windu (
Penaeus monodon)
maupun organisme akuatik lainnya (
Daphnia carinata) menunjukkan bahwa
lumpur tersebut tidak berbahaya dan tidak beracun bagi biota akuatik. LC50
adalah pengujian konsentrasi bahan pencemar yang dapat menyebabkan 50 persen
hewan uji mati. Hasil pengujian membuktikan lumpur tersebut memiliki nilai LC50
antara 56.623,93 sampai 70.631,75 ppm
Suspended Particulate Phase (SPP)
terhadap larva udang windu dan di atas 1.000.000 ppm SPP terhadap
Daphnia
carinata. Sementara berdasarkan standar EDP-BPPKA
Pertamina,
lumpur dikatakan beracun bila nilai LC50-nya sama atau kurang dari 30.000 mg/L
SPP.
Di beberapa negara, pengujian semacam ini memang diperlukan untuk membuang
lumpur bekas pengeboran (
used drilling mud) ke dalam laut. Jika nilai
LC50 lebih besar dari 30.000 Mg/L SPP, lumpur dapat dibuang ke perairan.
Namun Simpulan dari
Wahana Lingkungan
Hidup menunjukkan hasil berbeda, dari hasil penelitian
Walhi dinyatakan
bahwa secara umum pada area luberan lumpur dan sungai
Porong telah
tercemar oleh logam
kadmium (Cd) dan
timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi manusia apalagi kadarnya
jauh di atas ambang batas. Dan perlu sangat diwaspadai bahwa ternyata lumpur
Lapindo dan
sedimen Sungai Porong kadar timbal-nya sangat besar yaitu mencapai 146 kali
dari ambang batas yang telah ditentukan. (lihat:
Logam
Berat dan PAH Mengancam Korban Lapindo)
Berdasarkan PP No 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa ambang batas PAH yang
diizinkan dalam lingkungan adalah 230 µg/m3 atau setara dengan 0,23 µg/m3 atau
setara dengan 0,23 µg/kg. Maka dari hasil analisis di atas diketahui bahwa
seluruh titik pengambilan sampel lumpur Lapindo mengandung kadar
Chrysene di atas ambang batas.
Sedangkan untuk
Benz(a)anthracene hanya
terdeteksi di tiga titik yaitu titik 7,15 dan 20, yang kesemunya di atas ambang
batas.
Dengan fakta sedemikian rupa, yaitu kadar PAH (
Chrysene dan
Benz(a)anthracene) dalam
lumpur Lapindo yang mencapai 2000 kali di atas ambang batas bahkan ada yang
lebih dari itu. Maka bahaya adanya kandungan PAH (
Chrysene dan
Benz(a)anthracene)
tersebut telah mengancam keberadaan manusia dan lingkungan:
- Bioakumulasi
dalam jaringan lemak manusia (dan hewan)
- Kulit
merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit jika kontak langsung dengan
kulit
- Kanker
- Permasalahan
reproduksi
- Membahayakan
organ tubuh seperti liver, paru-paru, dan kulit
Dampak PAH dalam lumpur Lapindo bagi manusia dan lingkungan mungkin tidak
akan terlihat sekarang, melainkan nanti 5-10 tahun kedepan. Dan yang paling
berbahaya adalah keberadaan PAH ini akan mengancam kehidupan anak cucu,
khususnya bagi mereka yang tinggal di sekitar semburan lumpur Lapindo beserta
ancaman terhadap kerusakan lingkungan. Namun sampai Mei 2009 atau tiga tahun
dari kejadian awal ternyata belum terdapat adanya korban sakit atau meninggal
akibat lumpur tersebut.
Hasil analisis logam pada materi
Parameter
|
Satuan
|
Kep. MenKes no
907/2002
|
Lumpur Lapindo
|
Air Lumpur
Lapindo
|
Sedimen Sungai
Porong
|
Air Sungai
Porong
|
Kromium (Cr)
|
mg/L
|
0,05
|
nd
|
nd
|
nd
|
nd
|
Kadmium (Cd)
|
mg/L
|
0,003
|
0,3063
|
0,0314
|
0,2571
|
0,0271
|
Tembaga (Cu)
|
mg/L
|
1
|
0,4379
|
0,008
|
0,4919
|
0,0144
|
Timbal (Pb)
|
mg/L
|
0,05
|
7,2876
|
0,8776
|
3,1018
|
0,6949
|
Dampak
Peta Semburan
Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar
maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo,
melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti
tanah masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.
- Lumpur
menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa
dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga
setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur
ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga
bulan Agustus
2006, luapan
lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong,
Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih
dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426
unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.
- Lahan
dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus
2006 antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo
dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo,
Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta
1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.
- Sekitar
30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan
merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang
terkena dampak lumpur ini.
- Empat
kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak
bekerja.
- Tidak
berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta
rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)
- Rumah/tempat
tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit.
Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo
428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2
(Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15
unit.
- Kerusakan
lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan
- Pihak
Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral Manager PT Lapindo Brantas,
mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar) untuk dana
darurat penanggulangan lumpur.
- Akibat
amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM Surabaya
patah [2].
- Meledaknya
pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur
dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam [3].
- Ditutupnya
ruas jalan tol
Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan mengakibatkan
kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui
Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong.
- Tak
kurang 600 hektar lahan terendam.
- Sebuah
SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan
listrik di empat desa serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat
difungsikan.
Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan terganggunya jalur
transportasi Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di
bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap aktivitas produksi di
kawasan
Ngoro (
Mojokerto) dan
Pasuruan
yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Upaya penanggulangan
Rumah yang terendam lumpur panas
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur,
diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun
demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul
dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat
tanggul. Jika dalam tiga bulan bencana tidak tertangani, adalah membuat waduk
dengan beton pada lahan seluas 342 hektar, dengan mengungsikan 12.000 warga.
Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, untuk menampung lumpur sampai Desember
2006, mereka menyiapkan 150 hektare waduk baru. Juga ada cadangan 342 hektare
lagi yang sanggup memenuhi kebutuhan hingga Juni 2007. Akhir Oktober,
diperkirakan volume lumpur sudah mencapai 7 juta m3.Namun rencana itu batal
tanpa sebab yang jelas.
Badan Meteorologi dan Geofisika meramal musim hujan bakal datang dua bulanan
lagi. Jika perkira-an itu tepat, waduk terancam kelebihan daya tampung. Lumpur
pun meluap ke segala arah, mengotori sekitarnya.
Institut Teknologi 10 Nopember
Surabaya (ITS) memperkirakan, musim hujan bisa membuat tanggul jebol,
waduk-waduk lumpur meluber, jalan tol terendam, dan lumpur diperkirakan mulai
melibas rel kereta. Ini adalah bahaya yang bakal terjadi dalam hitungan jangka
pendek.
Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk memadamkan lumpur berikut
menanggulangi dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap tim terdiri dari
perwakilan Lapindo, pemerintah, dan sejumlah ahli dari beberapa universitas
terkemuka. Di antaranya, para pakar dari ITS,
Institut Teknologi Bandung, dan
Universitas Gadjah Mada. Tim Satu, yang
menangani penanggulangan lumpur, berkutat dengan skenario pemadaman. Tujuan
jangka pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk
jutaan kubik lumpur yang telah terhampar di atas tanah.
Skenario penghentian semburan lumpur
Ada pihak-pihak yang mengatakan luapan lumpur ini bisa dihentikan, dengan
beberapa skenario dibawah ini, namun asumsi luapan bisa dihentikan sampai tahun
2009 tidak berhasil sama sekali, yang mengartikan luapan ini adalah fenomena
alam.
Skenario pertama, menghentikan luapan lumpur dengan menggunakan
snubbing
unit pada sumur Banjar Panji-1.
Snubbing unit adalah suatu sistem
peralatan bertenaga hidraulik yang umumnya digunakan untuk pekerjaan
well-intervention
&
workover (melakukan suatu pekerjaan ke dalam sumur yang sudah
ada).
Snubbing unit ini digunakan untuk mencapai rangkaian mata bor
seberat 25 ton dan panjang 400 meter yang tertinggal pada pemboran awal. Diharapkan
bila mata bor tersebut ditemukan maka ia dapat didorong masuk ke dasar sumur
(9297 kaki) dan kemudian sumur ditutup dengan menyuntikan semen dan lumpur
berat. Akan tetapi skenario ini gagal total. Rangkaian mata bor tersebut
berhasil ditemukan di kedalaman 2991 kaki tetapi
snubbing unit gagal
mendorongnya ke dalam dasar sumur.
Skenario kedua dilakukan dengan cara melakukan pengeboran miring (
sidetracking)
menghindari mata bor yang tertinggal tersebut. Pengeboran dilakukan dengan
menggunakan rig milik
PT Pertamina (persero). Skenario kedua ini juga gagal
karena telah ditemukan terjadinya kerusakan selubung di beberapa kedalaman
antara 1.060-1.500 kaki, serta terjadinya pergerakan lateral di lokasi pemboran
BJP-1. Kondisi itu mempersulit pelaksanaan
sidetracking. Selain itu
muncul gelembung-gelembung gas bumi di lokasi pemboran yang dikhawatirkan
membahayakan keselamatan pekerja, ketinggian tanggul di sekitar lokasi pemboran
telah lebih dari 15 meter dari permukaan tanah sehingga tidak layak untuk
ditinggikan lagi. Karena itu, Lapindo Brantas melaksanakan penutupan secara
permanen sumur BJP-1.
Skenario ketiga, pada tahap ini, pemadaman lumpur dilakukan dengan
terlebih dulu membuat tiga sumur baru (
relief well). Tiga lokasi
tersebut antara lain: Pertama, sekitar 500 meter barat daya Sumur Banjar
Panji-1. Kedua, sekitar 500 meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1.
Ketiga, sekitar utara timur laut dari Sumur Banjar Panji-1. Sampai saat ini
skenario ini masih dijalankan.
Ketiga skenario beranjak dari hipotesis bahwa lumpur berasal dari retakan di
dinding sumur Banjar Panji-1. Padahal ada hipotesis lain, bahwa yang terjadi
adalah fenomena gunung lumpur (
mud volcano), seperti di
Bledug Kuwu
di
Purwodadi,
Jawa
Tengah. Sampai sekarang, Bledug Kuwu terus memuntahkan lumpur cair hingga
membentuk rawa.
Rudi Rubiandini, anggota Tim Pertama, mengatakan bahwa gunung lumpur hanya
bisa dilawan dengan mengoperasikan empat atau lima
relief well
sekaligus. Semua sumur dipakai untuk mengepung retakan-retakan tempat keluarnya
lumpur. Kendalanya pekerjaan ini mahal dan memakan waktu. Contohnya, sebuah rig
(anjungan pengeboran) berikut ongkos operasionalnya membutuhkan Rp 95 miliar.
Biaya bisa membengkak karena kontraktor dan rental alat pengeboran biasanya
memasang tarif lebih mahal di wilayah berbahaya. Paling tidak kelima sumur akan
membutuhkan Rp 475 miliar. Saat ini pun sulit mendapatkan rig yang menganggur
di tengah melambungnya harga minyak.
Rovicky Dwi Putrohari, seorang geolog independen, menulis bahwa di lokasi
sumur Porong-1, tujuh kilometer sebelah timur Banjar Panji-1, terlihat
tanda-tanda geologi yang menunjukkan luapan lumpur pada zaman dulu, demikian
analisisnya. Rovicky mencatat sebuah hal yang mencemaskan: semburan lumpur di Porong
baru berhenti dalam rentang waktu puluhan hingga ratusan tahun.
Dalam dokumen Laporan Audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal 29 Mei 2007
disebutkan temuan-temuan bahwa upaya penghentian semburan lumpur tersebut
dengan teknik relief well tidak berhasil disebabkan oleh faktor-faktor
nonteknis, diantaranya: peralatan yang dibutuhkan tidak disediakan. Senada
dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan, Rudi Rubiandini juga menyatakan bahwa
upaya penghentian semburan lumpur dengan teknik relief well tersebut tidak
dilanjutkan dengan alasan kekurangan dana.
Antisipasi kegagalan menghentikan semburan lumpur
Jika skenario penghentian lumpur terlambat atau gagal maka tanggul yang
disediakan tidak akan mampu menyimpan lumpur panas sebesar 126,000 m3 per hari.
Pilihan penyaluran lumpur panas yang tersedia pada pertengahan September 2006
hanya tinggal dua.Skenario ini dibuat kalau luapan lumpur adalah kesalahan
manusia, seandainya luapan lumpur dianggap sebagai fenomena alam, maka skenario
yang wajar adalah 'bagaimana mengalirkan lumpur kelaut' dan belajar bagaimana
hidup dengan lumpur.
Pilihan pertama adalah meneruskan upaya penangangan lumpur di lokasi
semburan dengan membangun waduk tambahan di sebelah tanggul-tanggul yang ada
sekarang. Dengan sedikit upaya untuk menggali lahan ditempat yang akan
dijadikan waduk tambahan tersebut agar daya tampungnya menjadi lebih besar.
Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar waduk diperlukan waktu, begitu
juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara semburan lumpur secara terus
menerus, dari hari ke hari, volumenya terus membesar.
Pilihan kedua adalah membuang langsung lumpur panas itu ke
Kali Porong.
Sebagai tempat penyimpanan lumpur, Kali Porong ibarat waduk yang telah
tersedia, tanpa perlu digali, memiliki potensi volume penampungan lumpur panas
yang cukup besar. Dengan kedalaman 10 meter di bagian tengah kali tersebut,
bila separuhnya akan diisi lumpur panas Sidoardjo, maka potensi penyimpanan lumpur
di Kali Porong sekitar 300,000 m3 setiap kilometernya. Dengan kata lain, kali
Porong dapat membantu menyimpan lumpur sekitar 5 juta m3, atau akan memberikan
tambahan waktu sampai lima bulan bila volume lumpur yang dipompakan ke Kali
Porong tidak melebihi 50,000 m3 per hari. Bila yang akan dialirkan ke Kali
Porong adalah keseluruhan lumpur yang menyembur sejak awal Oktober 2006, maka
volume lumpur yang akan pindah ke Kali Porong mencapai 10 juta m3 pada bulan
Desember 2006. Volume lumpur yang begitu besar membutuhkan frekuensi dan volume
penggelontoran air dari
Sungai Brantas yang tinggi, dan kegiatan pengerukan
dasar sungai yang terus menerus, agar Kali Porong tidak berubah menjadi waduk
lumpur. Sedangkan untuk mencegah pengembaraan koloida lumpur Sidoardjo di
perairan
Selat Madura,diperlukan upaya pengendapan dan
stabilisasi lumpur tersebut di kawasan pantai Sidoardjo.
Para pakar yang melakukan simposium di ITS pada minggu kedua September,
menyampaikan informasi bahwa kawasan pantai di Kabupaten Sidoardjo mengalami
proses reklamasi pantai secara alamiah dalam beberapa dekade terakhir
disebabkan oleh proses sedimentasi dan dinamika perairan Selat Madura. Setiap
tahunnya, pantai Sidoardjo bertambah 40 meter. Sehingga upaya membentuk kawasan
lahan basah di pantai yang terbuat dari lumpur panas Sidoardjo, merupakan hal
yang selaras dengan proses alamiah reklamasi pantai yang sudah berjalan
beberapa dekade terakhir.
Dengan mengumpulkan lumpur panas Sidoarjo ke tempat yang kemudian menjadi
lahan basah yang akan ditanami oleh mangrove, lumpur tersebut dapat dicegah
masuk ke Selat Madura sehingga tidak mengancam kehidupan nelayan tambak di
kawasan pantai Sidoardjo dan nelayan penangkap ikan di Selat Madura. Pantai
rawa baru yang akan menjadi lahan reklamasi tersebut dikembangkan menjadi hutan
bakau yang lebat dan subur, yang bermanfaat bagi pemijahan ikan, daerah
penyangga untuk pertambakan udang. Pantai baru dengan hutan bakau di atasnya
dapat ditetapkan sebagai kawasan lindung yang menjadi sumber inspirasi dan
sarana pendidikan bagi masyarakat terhadap pentingnya pelestarian kawasan
pantai..
Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur
Pada
9
September 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani surat
keputusan pembentukan Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo,
yaitu Keppres Nomor 13 Tahun 2006. Dalam Keppres itu disebutkan, tim dibentuk
untuk menyelamatkan penduduk di sekitar lokasi bencana, menjaga infrastruktur
dasar, dan menyelesaikan masalah semburan lumpur dengan risiko lingkungan
paling kecil. Tim dipimpin Basuki Hadi Muljono, Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan
Departemen Pekerjaan Umum, dengan tim
pengarah sejumlah menteri, diberi mandat selama enam bulan. Seluruh biaya untuk
pelaksanaan tugas tim nasional ini dibebankan pada PT Lapindo Brantas.Namun
upaya Timnas yang didukung oleh Rudy Rubiandini ternyata gagal total walaupun
telah menelan biaya 900 milyar rupiah.
Keputusan Pemerintah
Rapat Kabinet pada
27 September 2006 akhirnya
memutuskan untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong.
Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur
dari 50,000 meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk
memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur
tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti
pembentukan lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.
Pendapat Kontra pembuangan lumpur secara langsung
Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut ini, diantaranya
Walhi [4]
dan
ITS [5].
Menteri Kelautan dan Perikanan,
Freddy
Numberi, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV
DPR RI,
5 September
2006, menyatakan luapan lumpur Lapindo mengakibatkan produksi tambak pada lahan
seluas 989 hektar di dua kecamatan mengalami kegagalan panen. Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP) memperkirakan kerugian akibat luapan lumpur pada
budidaya tambak di kecamatan Tanggulangin dan Porong Sidoarjo, Jawa Timur,
mencapai Rp10,9 miliar per tahun. Dan rencana pembuangan lumpur yang dilakukan
dengan cara mengalirkannya ke laut melalui Sungai Porong, bisa mengakibatkan
dampak yang semakin meluas yakni sebagian besar tambak di sepanjang pesisir
Sidoarjo dan daerah kabupaten lain di sekitarnya, karena lumpur yang sampai di
pantai akan terbawa aliran transpor sedimen sepanjang pantai.
[6]
Dampak lumpur itu bakal memperburuk kerusakan ekosistem Sungai Porong.
Ketika masuk ke laut, lumpur otomatis mencemari
Selat
Madura dan sekitarnya. Areal tambak seluas 1.600 hektare di pesisir
Sidoarjo akan terpengaruh.
Alternatif yang sudah dikaji lembaga seperti
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, dengan memisahkan air dari endapan lumpur lalu membuang
air ke laut. Lumpur itu mengandung 70 persen air, sisanya bahan endapan. Kalau
air bisa dibuang ke laut, tentu danau penampungan tak perlu diperlebar, dan
tekanan pada tanggul bisa dikurangi. Sampai tahun 2009 ternyata teori itu tidak
bisa membuktikan adanya dampak tersebut.
Penetapan tersangka
Dalam kasus ini, Polda Jawa Timur telah menetapkan 13 tersangka yakni :
- Ir. EDI
SUTRIONO selaku Drilling Manager PT. Energy Mega Persada, Tbk.
- Ir. NUR
ROCHMAT SAWOLO, MESc selaku Vice President Drilling Share Services PT.
Energy Mega Persada, Tbk.
- Ir.
RAHENOD selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.
- SLAMET
BK selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.
- SUBIE
selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.
- SLAMET
RIYANTO selaku Project Manager PT. Medici Citra Nusa.
- YENNY
NAWAWI, SE selaku Dirut PT. Medici Citra Nusa.
- SULAIMAN
Bin H.M. ALI selaku Rig Superintendent PT. Tiga Musim Mas Jaya.
- SARDIANTO
selaku Tool Pusher PT. Tiga Musim Mas Jaya.
- LILIK
MARSUDI selaku Driller PT. Tiga Musim Mas Jaya.
- WILLEM
HUNILA selaku Company Man Lapindo Brantas, Inc.
- Ir. H.
IMAM PRIA AGUSTINO selaku General Manager Lapindo Brantas, Inc.
- Ir.
ASWAN PINAYUNGAN SIREGAR selaku mantan General Manager Lapindo Brantas,
Inc.
Namun perkara pidana tersebut dihentikan oleh penyidik Polda Jawa Timur
dengan alasan bahwa dalam perkara perdatanya gugatan YLBHI dan Walhi kepada
Lapindo dan pemerintah telah gagal. Selain itu, adanya perbedaan pendapat para
ahli. Gerakan Menutup Lumpur Lapindo pernah mengajukan nama-nama ahli tambahan,
para ahli terkemuka Indonesia dan luar negeri yang tergabung dalam Engineer Drilling
Club (EDC) yang mendukung fakta kesalahan pemboran berdasarkan hasil audit
Badan Pemeriksa Keuangan tersebut, tetapi ditolak oleh penyidik Polda Jawa
Timur (tidak ditanggapi).
Para tersangka dijerat Pasal 187 dan Pasal 188 KUHP dan UU No 23/1997 Pasal
41 ayat 1 dan Pasal 42 tentang pencemaran lingkungan, dengan ancaman hukum 12
tahun penjara. "Otomatis UU pencemaran lingkungan hidup ini sudah termasuk
kejahatan korporasi karena merusak lingkungan hidup," kata Wakil Kepala
Divisi Humas Polri Brigjen
Anton Bachrul Alam yang sejak tahun 2009 menjadi
Kapolda
Jawa
Timur.
Kritik
Pemerintah dianggap tidak serius menangani kasus luapan lumpur panas ini.
Masyarakat adalah korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus mengungsi
dan kehilangan mata pencaharian tanpa adanya kompensasi yang layak. Pemerintah
hanya membebankan kepada Lapindo pembelian lahan bersertifikat dengan harga
berlipat-lipat dari harga NJOP yang rata-rata harga tanah dibawah Rp. 100 ribu-
dibeli oleh Lapindo sebesar Rp 1 juta dan bangunan Rp 1,5 juta masing-masing
permeter persegi. untuk 4 desa (Kedung Bendo, Renokenongo, Siring, dan
jatirejo) sementara desa-desa lainnya ditanggung APBN, juga penanganan
infrastruktur yang rusak.Hal ini dianggap wajar karena banyak media hanya
menuliskan data yang tidak akurat tentang penyebab semburan lumpur ini.
Salah satu pihak yang paling mengecam penanganan bencana lumpur Lapindo
adalah aktivis lingkungan hidup. Selain mengecam lambatnya pemerintah dalam
menangani lumpur, mereka juga menganggap aneka solusi yang ditawarkan
pemerintah dalam menangani lumpur akan melahirkan masalah baru, salah satunya
adalah soal wacana bahwa lumpur akan dibuang ke laut karena tindakan tersebut
justru berpotensi merusak lingkungan sekitar muara.
[7][8]
PT Lapindo Brantas Inc sendiri lebih sering mengingkari
perjanjian-perjanjian yang telah disepakati bersama dengan korban.Menurut
sebagian media, padahal kenyataannya dari 12.883 buah dokumen Mei 2009 hanya
tinggal 400 buah dokumen yang belum dibayarkan karena status tanah yang belum
jelas. Namun para warga korban banyak yang menerangkan kepada Komnas HAM dalam
penyelidikannya bahwa para korban sudah diminta menandatangani kuitansi lunas oleh
Minarak Lapindo Jaya, padahal pembayarannya diangsur belum lunas hingga
sekarang. Dalam keterangannya kepada DPRD Sidoarjo pada Oktober 2010 ini Andi
Darusalam Tabusala mengakui bahwa dari sekitar 13.000 berkas baru sekitar 8.000
berkas yang diselesaikan kebanyakan dari korban yang berasal dari Perumtas
Tanggulangin Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak keterangan dan
penjelasan yang masih simpang siur dan tidak jelas.
[9][10][11][12]
Tornado
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sebuah pusaran tornado di pusat
Oklahoma.
Tornado tersebut membentuk pusaran yang menyentuh tanah dari dasar awan. Bagian
dasar tornado dikelilingi oleh awan puing
transparan yang
terlempar akibat angin permukaan tornado yang kencang
Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk
hubungan antara
awan cumulonimbus atau
dalam kejadian langka dari dasar
awan
cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya
berbentuk
corong kondensasi
yang terlihat jelas yang ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering
dikelilingi oleh awan yang membawa
puing-puing.
Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177
km/jam
atau lebih dengan rata-rata jangkauan 75
m dan menempuh
beberapa
kilometer
sebelum menghilang. Beberapa tornado yang mencapai kecepatan angin lebih dari
300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu mil (1.6 km) dan dapat
bertahan di permukaan dengan lebih dari 100 km.
[1][2][3]
Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali
Antartika,
tornado lebih sering terjadi di
Amerika
Serikat.
[4]
Tornado juga umumnya terjadi di
Kanada bagian selatan, selatan-tengah dan timur
Asia, timur-tengah
Amerika
Latin,
Afrika Selatan, barat laut dan tengah
Eropa,
Italia, barat dan
selatan
Australia,
dan
Selandia
Baru.
[5]
Definisi
Tornado
Tornado didefinisikan oleh
Glosari Meteorologi sebagai "kolom udara yang berputar kencang yang
menyatu dengan permukaan tanah dan muncul dari
awan cumuliform atau
bagian bawah awan cumuliform dan sering (namun tidak selalu) tampak sebagai
suatu awan corong..."
[6]
Corong Kondensasi
Tornado tidak harus tampak;
namun, intensitas tekanan rendah yang disebabkan oleh kecepatan angin yang
tinggi (lihat
Prinsip Bernoulli) dan berputar cepat (berkaitan
dengan keseimbangan
siklostrofik) sering
menyebabkan
uap
air di udara berkondensasi yang menyebabkan tampak
corong kondensasi.
[4]
Tornado merupakan
pusaran angin bukan
awan kondensasi.
awan corong merupakan
perwujutan dari corong kondensasi yang tanpa disertai angin kencang di
permukaannya. Tidak semua awan corong menjadi sebuah tornado. Namun, banyak
tornado yang didahului oleh awan corong seperti pusaran mesosiklon yang
mendarat di permukaan tanah. Tornado pada umumnya menghasilkan angin kencang di
permukaannya ketika corong yang tampak itu bertahan di atas permukaan tanah.
Hal ini menyebabkan sulitnya menemukan perbedaan antara awan corong dan tornado
dari suatu jarak tertentu.
[3]
Keluarga Tornado
Kadang, sebuah badai tunggal
menghasilkan berbagai tornado dan
mesosiklon. Proses ini dikenal
sebagai
siklus tornadogenesis. Tornado yang terbentuk dari
badai yang sama dikenal sebagai
keluarga tornado.
Kadang-kadang sejumlah tornado dari mesosiklon yang berbeda terjadi secara
bersamaan.
[7]
Serangan Tornado
Kadang, beberapa tornado
terbentuk dari sistem bada berskala luas yang sama. Jika terdapat aktivitas
tornado yang merusak, hal ini dianggap menjadi suatu
serangan tornado,
meskipun ada bermacam-macam definisi. Periode beberapa hari berturut-turut
dengan serangan tornado di lokasi yang sama (terbentuk oleh beberapa sistem
cuaca) merupakan
rentetan serangan
tornado, yang kadang disebut
serangan tornado luas.
[6][8][9]
Rotation
Tornadoes normally rotate
cyclonically (when viewed from
above, this is counterclockwise in the
northern hemisphere
and clockwise in the
southern). While
large-scale storms always rotate cyclonically due to the
Coriolis effect,
thunderstorms and tornadoes are so small that the direct influence of the
Coriolis effect is unimportant, as indicated by their large
Rossby numbers. Supercells
and tornadoes rotate cyclonically in numerical simulations even when the
Coriolis effect is neglected.
[10][11]
Low-level
mesocyclones and tornadoes owe
their rotation to complex processes within the supercell and ambient
environment.
[12]
Approximately 1 percent of tornadoes rotate in an anticyclonic
direction in the northern hemisphere. Typically, systems as weak as landspouts
and gustnadoes can rotate anticyclonically, and usually only those which form
on the anticyclonic shear side of the descending
rear flank downdraft
in a cyclonic supercell.
[13]
On rare occasions,
anticyclonic tornadoes
form in association with the mesoanticyclone of an anticyclonic supercell, in
the same manner as the typical cyclonic tornado, or as a companion tornado
either as a satellite tornado or associated with anticyclonic eddies within a
supercell.
[14]
Etimologi
Kata "tornado" merupakan perubahan dari kata dalam
Bahasa
Spanyol tronada, yang berarti "badai petir". Kemudian,
kata
tornado juga diambil dari
Bahasa
Latin tonare, yang berarti "gemuruh". Kata ini sangat
mungkin merupakan kombinasi dari bahasa Spanyol
tronada dan
tornar
("berputar"); namun, kata ini mungkin juga merupakan suatu
etimologi rakyat.
[15][16]
Tornado juga secara umum dikenal sebagai
twisters.
[17]
Jenis
Tornado sejati
Tornado multi-pusaran
Tornado multi-pusaran
adalah suatu jenis tornado dimana dua atau lebih kolom udara yang menggumpal
berputar mengelilingi pusat. Struktur
multi-pusaran dapat terjadi di
hampir setiap sirkulasi, namum sangat sering teramati dalam tornado dahsyat.
Satelit tornado
Satelit tornado adalah
suatu istilah untuk tornado lemah yang terbentuk dekat tornado besar kuat yang
terjadi dalam mesosiklon yang sama. Satelit tornado muncul dari "
orbit" tornado
besar (sebagai namanya), yang memperlihatkan wujud pusaran yang
multi-pusaran.
Namun, satelit tornado merupakan corong yang berbeda, dan lebih kecil
dibandingkan corong utama.
[3]
Puting Beliung
Puting Beliung secara resmi
digambarkan secara singkat oleh
National Weather
Service Amerika Serikat seperti tornado yang melintasi perairan. Namun,
para peneliti umumnya mencirikan puting beliung "cuaca sedang"
berasal dari puting beliung tornado.
·
Puting beliung cuaca sedang sedikit perusak
namun sangat jauh dari umumnya dan memiliki dinamik yang sama dengan
setan debu dan
landspout.
[18]
Mereka terbentuk saat barisan awan
cumulus congestus
menjulang di perairan tropis dan semitropis.
[18]
Angin ini memiliki angin yang secara relatif lemah, dinding
berlapis lancar, dan umumnya
melaju sangat pelan.
[18]
Angin ini sangat sering terjadi di
Florida Keys.
[19]
·
Puting Beliung Tornado merupakan secara harafiah
sebutan untuk "tornado yang melintasi perairan". Angin ini dapat
terbentuk melintasi perairan seperti tornado
mesosiklon, atau menjadi
tornado darat yang melintas keluar perairan. Sejak angin ini terbentuk dari
badai petir perusak
dan dapat menjadi jauh lebih dahsyat, kencang, dan bertahan lebih lama daripada
puting beliung cuaca sedang, angin ini dianggap jauh lebih membahayakan.